Hal yang Membuat Kita Malu pada Diri Sendiri

Assalamu'alaikum Wr Wb.
PESAN INDAH

"Hal yang membuat kita malu pada diri sendiri"

▪Pernahkah kamu berpikir andai kita perlakukan Quran seperti halnya Handphone kita saat ini..?

Lihat...
▪Bagaimana kalau kita selalu membawanya kemanapun kita pergi, dalam tas & saku?

▪Bagaimana jika kita selalu melihatnya dan membacanya beberapa kali dalam sehari?

▪Betapa kita gugup dan terburu-buru balik pulang saat lupa membawanya?

▪Bagaimana jika kita mperlakukn Quran seolah kita tak bisa hidup tanpanya..?

▪Dan memang benar, kita tak bisa hidup tanpanya...!

▪Bagaimana jika kita berikan itu kepada anak" kita sbgi hadiah?

▪Bagaimana jika kita selalu sempatkan untuk membacanya disaat bepergian?

▪Bagaimana jika kita buat dia sebagai prioritas?
Seperti contoh status berikut :
" Quran is my best friend. "

▪Mungkin hanya 7% yg akan menyebarkan pesan ini...

▪Jadilah salah satu dari mereka dan sebarkan kepada saudara" muslim lainnya.

▪Janganlah jadi bagian dari 93% yg enggan myebarkn pesan ini...

▪Coba pikirkan tentang Hari Pembalasan, sekalipun sekali saja

▪Kita sadar betul kalau hampir setiap hari selalu membuka dan bertukar pesan, email dsb. dg teman"

▪Kita share/forward guyonan & gosip

Tapi, Berapa kali kita buka Quran dan membaca firman Allah?

▪Jika kamu bersama teman"mu  atau keluargamu, bagikan pesan ini kepada mereka...!!

Terbukti dalam Penelitian :
💠 Mendengarkan Quran mengurangi menyebarnya sel kanker ditubuh manusia bahkan menghancurkannya.
💠 Memanjangkan Sujud semakin menguatkan ingatan kita dan mencegah stroke.

Setan 👹 berkata:
"Aku heran bagaimana bisa manusia mengatakan mereka cinta Allah tapi mengabaikan perintahNya, dan mengklaim benci padaku, tapi nyatanya mereka patuh pada rayuanku"

▪Hanya butuh waktu sebentar untuk menyebarkan pesan ini kepada orang"  sebagai pengingat ....

Kemuliaan Sikap Nabi Muhammad saw

Kemuliaan Sikap Nabi Muhammad saw

(Mari bershalawat kpdnya..Allohumma sholli 'alaa Sayyidina wa Nabiyyina Muhammad saw)

Suatu saat seorang Yahudi menghampiri Rasulullah. Beliau memang memiliki sangkutan utang piutang dengan Yahudi tersebut. Dengan kasar Yahudi itu menarik selendang Rasulullah hingga lehernya memar. Si Yahudi berkata: ‘Bayar utangmu.. memang kalian ini, Bani Hasyim, suka mengulur-ulur utang!’ Yahudi itu habis-habisan memaki Rasulullah dan menghinanya. Padahal, waktu itu utang Rasulullah belum jatuh tempo.

Melihat tindakan orang yahudi yang kasar itu, sayyidina Umar bangkit dan berkata: ‘Ya Rasulullah.. izinkan aku memenggal leher orang ini!’ Rasulullah berkata: “bukan itu yang aku dan dia perlukan darimu, wahai Umar. Perintahkanlah dia untuk belajar menagih utang dengan baik, dan mintalah aku untuk membayar utang dengan baik. Ketahuilah, utang ini belum jatuh tempo, masih ada tiga hari lagi, berdirilah engkau wahai Umar. Bayarlah hak dia dan lebihkan 20 dinar dari jumlah piutangnya sebagai pengganti atas ancamanmu kepadanya.”

Umar segera membayarkan hak orang Yahudi tersebut berikut tambahan sebanyak 20 dinar. Yahudi itu berkata: “Sebenarnya aku melakukan hal itu karena aku pernah membaca perihal sifat seorang utusan Allah dalam kitab Taurat. Aku menemukan seluruh sifat tersebut ada pada MUHAMMAD, kecuali dua sifat yang belum aku lihat dengan mataku sendiri, yaitu sifat Bijak dan Semakin arif bila menerima perlakuan kasar dari orang lain. Dan hari ini aku telah bisa membuktikan keduanya ada pada diri dia. Karena itu, aku menyatakan diri masuk Islam, dan uang ini (pembayaran piutang tadi) akan aku sedekahkan kepada orang-orang Muslim.”

Kumpulan Renungan Harian Penuh Hikmah

_*SEUNTAI RENUNGAN_*

🍀🌾🍀🌾🍀🌾🍀🌾🍀

*Tidak ada orang baik yang tidak punya masa lalu, dan tidak ada orang jahat yang tidak punya masa depan*.

🍀🌾🍀🌾🍀🌾🍀🌾🍀

*Setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk berubah menjadi lebih baik. Bagaimanapun masa lalunya dahulu, sekelam apa lingkungannya dulu, dan seburuk apa perangainya di masa lampau. Berilah kesempatan seseorang untuk berubah.*

🍀🌾🍀🌾🍀🌾🍀🌾🍀

*Karena, seseorang yang hampir membunuh Rasul pun kini berbaring di sebelah makam beliau. : Umar bin Khattab.*

🍀🌾🍀🌾🍀🌾🍀🌾🍀

*Jangan melihat seseorang dari masa lalunya. Seseorang yang pernah berperang melawan agama Allah pun akhirnya menjadi pedang-nya Alloh : Khalid bin Walid.*

🍀🌾🍀🌾🍀🌾🍀🌾🍀

*Jangan memandang seseorang dari status dan hartanya, karena sepatu emas fir'aun berada di neraka, sedangkan sandal jepit bilal bin rabah terdengar di syurga.*

🍀🌾🍀🌾🍀🌾🍀🌾🍀

*Intinya, jangan memandang remeh seseorang karena masa lalu dan lingkungannya, karena bunga teratai tetap mekar cantik meski tinggal di air yang kotor*.

🍀🌾🍀🌾🍀🌾🍀🌾🍀

*Maka untuk jadi hebat yang diperlukan adalah kuatnya tekad.*
*Tak perlu pusingkan masa lalu, tak perlu malu dengan tempat asalmu, jika kau mau, kamu bisa menjadi laksana bunga teratai yang tinggal di air yang kotor namun tetap mekar mengagumkan.*

🍀🌾🍀🌾🍀🌾🍀🌾🍀

🍀 *Berubah dan bangkit jauh lebih indah dari pada diam dan hanya bermimpi tanpa melakukan tindakan apapun.* 🍀

ﻻَ ﻫَﻮْﻝَ ﻭَﻻَ ﻗُﻮَّﺕَ ﺍِﻻَّﺑِﺎﻟﻠّﻪِ

🍀🌾🍀🌾🍀🌾🍀🌾🍀

Toko Menjual Istri

*TOKO MENJUAL ISTRI*

Sebuah Toko yg menjual Istri, baru dibuka dimana Pria dpt memilih Wanita untuk dijadikan sebagai seorang Istri....

Di antara instruksi2 yg ada di pintu masuk, terdapat instruksi yg menunjukkan bagaimana aturan main utk masuk toko tsb:

"Anda hanya dpt mengunjungi toko ini SATU KALI!”

Toko tsb terdiri dr 6 lantai, dimana setiap lantai akan menunjukkan “Kelompok Calon Istri”

Semakin tinggi lantainya, semkn tinggi pula nilai Wanita tsb....

pria dpt memilih Wanita di lantai tertentu/lebih memilih ke lantai berikutnya, tetapi TIDAK BISA TURUN LAGI ke lantai sblmnya kecuali utk Keluar dr Toko.

Lalu, seorang pria pun pergi ke ” TOKO ISTRI ” tsb untuk mencari Istri.

Di masing2 lantai terdpt tulisan spt ini:

Lt 1:
“Wanita di lantai ini taat pd Tuhan & Pandai Memasak.”

Pria itu Tersenyum, kemudian dia naik ke lantai selanjutnya.

Lt 2:
“Wanita di lt ini taat pd Tuhan, Pandai Memasak & Lemah Lembut.”

Kembali pria itu naik ke lantai selanjutnya.

Lt 3:
“Wanita di lt ini taat pd Tuhan, Pandai Memasak, Lemah Lembut & Cantik.”

”Wow!”, ujar sang pria, tetapi pikirannya msh penasaran & trs naik.

Lalu sampailah pria itu di lt. 4 n terdpt tulisan:
“Wanita di lt ini taat pd Tuhan, Pandai Memasak, Lemah Lembut, Cantik Banget & Sayang Anak.”

”Ya ampun!” Dia berseru, ”Aku hampir tak percaya!”

Dan dia tetap melanjutkan ke lt 5: “Wanita di lt ini taat pd Tuhan, Pandai Memasak, Lemah Lembut, Cantik Banget, Sayang Anak & Sexy.”

Dia tergoda utk berhenti tp kemudian dia melangkah ke lt. 6 & terdapat tulisan:
“Anda adalah pengunjung yg ke 8.089.3561
TIDAK ADA WANITA di Lantai ini.

Lantai ini hny semata2 pembuktian utk Pria yg TIDAK PERNAH PUAS.”

Terima kasih telah berblanja di ” TOKO ISTRI “.

Mohon hati2 ketika keluar dr sini.

Pesan moral ini bukan cuma utk Pria tapi juga utk Wanita:

“Tetaplah selalu merasa Puas akan Pasangan yg Sudah Tuhan Sediakan.

Jgn terus Mencari yg Terbaik tapi
Jadikanlah Yang Ada Terbaik bagi Anda.
Karena tidak ada satu manusiapun yg sempurna...termasuk....Anda...Saya....Kita....#met pagi semua met aktifitas #                                                                                                 🌹🌹🌹

RENUNGAN IDUL ADHA Menyembelih Egoisme, Merayakan Solidaritas

RENUNGAN IDUL ADHA
Menyembelih Egoisme, Merayakan Solidaritas
HAEDAR NASHIR

Musuh terbesar manusia adalah diri sendiri. Diri yang mengandung dan membesarkan ego, yang daya dorongnya dahsyat laksana magma memicu letusan gunung berapi. Diri yang sering kali menjelma menjadi musuh sesama, bahkan berseteru dengan akal budinya yang otentik. Diri yang terjebak dalam ta’bid ’an al-nafs, menjadikan tubuh dan jiwanya sebagai budak pesona dunia.

Sejarah manusia sesungguhnya dimulai dari pertarungan hidup menaklukkan segala hasrat dan kepentingan diri di tengah relasi orang lain dan lingkungannya. Dalam bahasa kaum Freudian, konflik antara hasrat gratifikasi ego diri dan tertib sosial. Apakah dia menjadi pemenang seperti Habil atau pecundang pada diri Kabil? Kedua putra Adam Alaihi Salam itu memberi pelajaran awal tentang sejarah perang melawan diri dan sesama.

Pada titik dialektik antara hasrat dan kendali diri itulah sesungguhnya Ibrahim, Ismail, dan Siti Hajar melalui peristiwa kurban pada Idul Adha mengajarkan mosaik rohaniah yang berharga. Bahwa setiap insan beriman akan naik tangga ke puncak keutamaan tertinggi jika sukses menaklukkan dirinya demi sesuatu yang lebih luhur dan hakiki.

Mana mungkin ketiga insan kekasih Tuhan itu rela hati berkorban nyawa Ismail jika mereka masih terbelenggu oleh ego diri dengan segala kepentingannya yang ragawi. Mereka adalah insan yang terbebaskan dan tercerahkan dari hasrat egoisme yang naif, kemudian menjelma menjadi para altruis yang menyebarkan nilai-nilai kemanusiaan yang utama.

Sangkar besi ego

Ketika umat Islam merayakan Idul Adha diiringi berhaji dan berkurban, terkuak proses dekonstruksi kesadaran manusia akan sangkar besi egoisme. Bahwa ibadah pada bulan Zulhijah itu bukan sekadar ritual yang rutin dan verbal, melainkan mengandung makna terdalam tentang penaklukan ego manusia akan kepentingan dirinya.

Ego itu memang menyatu dalam diri, tetapi manakala tak dikendalikan akal-budi yang beralaskan fitrah Ilahiah, sering menjadi berhala sang diri.

Ketika bangsa ini masih dililit problem kesenjangan sosial dengan segelintir orang atau kelompok kecil menguasai bagian terbesar kekayaan negeri. Tatkala korupsi, konflik sosial, dan perilaku aji mumpung masih menjadi pemandangan umum. Sesungguhnya sumber utamanya karena ketamakan ego untuk memiliki apa saja dengan hasrat rakus. Mereka hanya mengabdi pada libido ketamakan yang tak berkesudahan, tak peduli jika harus merugikan kehidupan sesama dan semesta.

Laksana Firaun yang tak kenyang kuasa, Qarun yang haus harta, dan Hammam sang birokrat korup. Ketiganya menjadi budak kepentingan diri dan kesenangan duniawi yang melampaui batas. Mereka tak pernah puas diri meraih kedigdayaan dunia hingga ajal (QS At-Takatsur: 1-2). Mereka secara lahiriah tampak digdaya di hadapan orang lain, tetapi sejatinya menjadi pecundang diukur dari posisi manusia sebagai insan kamil.

Nabi Muhammad SAW mengingatkan bahwa melawan hawa nafsu dalam diri sebagai jihad akbar. Perang menaklukkan diri melebihi perang Badar dan Uhud. Sejarah mencatat, banyak para pejuang rakyat sukses naik ke puncak takhta, kemudian jatuh karena ulah dirinya yang melampaui batas sebagaimana kisah para tiran dan pialang hitam di setiap negeri yang berakhir tragis. Ketika sang diri ingin populer dan memanjakan hasrat sendiri, dia mengorbankan kolektivitas.

Orang-orang naik tangga meraih kisah sukses, tetapi berujung di Sukamiskin karena korupsi, narkoba, dan kejahatan kerah putih. Akar masalahnya pada kegagalan menaklukkan diri yang haus dunia. Mereka itulah yang terbelenggu sangkar besi nafsu egoisme yang memuja segala pesona dunia.

Orang beragama pun sering terpenjara oleh ego keagamaannya. Sikap semuci dengan menganggap diri paling suci dan orang lain jauh dari Nur Ilahi mencederai ketakwaan yang otentik (QS An-Nisa: 49). Keberagamaan yang radikal-ekstrem (ghuluw) pun sama artifisialnya karena memutlakkan segala pandangan menurut dirinya, yang tidak jarang melahirkan tafkiri dengan menganggap orang lain sesat. Beragama seperti itu terjebak pada egosentrisme, yang kerap melahirkan intoleransi dan keangkuhan beragama yang disakralisasikan. Gesekan beragama sering bermula dari egoisme keagamaan yang naif itu.

Maka sembelihlah egoisme tatkala Idul Adha tiba sebagai ibadah sarat makna otentik agar setiap Muslim menjadi insan yang meraih nikmat kemenangan: ”Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus” (QS Al-Kautsar: 1-3).

Menjadi altruis

Nilai berkorban dan berhaji meniscayakan lahirnya jiwa altruis, sikap empati, dan berbagi kebajikan sepenuh hati untuk orang lain tanpa sekat agama, suku, ras, dan golongan lebih-lebih bagi mereka yang hidupnya kurang beruntung. Jiwa altruis menempatkan kepentingan orang lain melebihi kepentingan diri dan kelompok sendiri demi tegaknya segala kebajikan yang luhur dan utama.

Dalam narasi kaum interaksionis simbolik, sikap altruis itu memosisikan ego (diri) dengan alter (orang lain) dalam proses refleksivitas. Para individu yang semula egois belajar berbagi posisi dan peran sosial sebagaimana hidup bermasyarakat sehingga mampu meletakkan diri di tempat orang lain dan berperilaku sebagaimana orang lain.

Sikap altruis diwujudkan dalam tindakan manifes, seperti gemar menolong, berbagi rezeki, melapangkan jalan orang yang kesulitan, mengentaskan mereka yang lemah, membela orang yang terzalimi, suka meminta dan memberi maaf, mengedepankan kepentingan orang banyak, serta berbagai bentuk kebaikan sosial yang melampaui.

Perilaku altruis mencegah diri dari segala bentuk kerakusan diri yang merugikan orang lain dan menimbulkan kerusakan hidup, seperti korupsi, gratifikasi, eksploitasi alam, monopoli, kejahatan kerah putih, politik uang, dan segala tindakan asosial.

Jiwa altruis lahir dari ihsan, kebajikan melampaui sebagai pantulan dari habluminallah terhadap habluminannas. Sikap toleran terhadap keragaman dan menjauhkan diri dari intoleransi termasuk dalam altruis. Semua bermuara pada harmoni dan kebaikan dalam hubungan dengan sesama dan lingkungan kehidupan sekaligus anti ketimpangan, anti ketidakadilan, anti kekerasan, dan anti perusakan.

Sikap altruis melahirkan solidaritas sosial yang genuine. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW bahwa Allah SWT membela para hambanya yang membela sesamanya. Dalam kehidupan sehari-hari, sikap sosial yang luhur itu harus terus ditumbuhkan ketika egoisme cenderung merebak dalam kehidupan bangsa.

Jika ketimpangan sosial masih tinggi dan segelintir orang menguasai kekayaan negeri tanpa rasa sungkan, itu menunjukkan luruhnya altruisme dan solidaritas sosial yang otentik dalam kehidupan kolektif bangsa ini.

Dalam relasi sosial biasa boleh jadi semangat solidaritas itu masih tumbuh, seperti dalam kegiatan gotong royong dan upacara- upacara lingkaran hidup, tetapi dalam relasi struktural, seperti melebarnya kesenjangan sosial, menggambarkan luruhnya solidaritas kolektif di tubuh bangsa ini. Orang tidak mungkin serakah dan hanya mengejar kepentingan diri secara berlebihan, apalagi menyebabkan kerugian bagi sesama, manakala di dalam dirinya tertanam jiwa altruis dan solidaritas sosial yang hakiki.

Emile Durkheim memosisikan solidaritas sosial sebagai fenomena moral, yang ditunjukkan oleh kesetiakawanan, yakni suatu relasi antarindividu yang didasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama yang diperkuat oleh pengalaman emosional bersama. Sikap moral yang melandasi solidaritas sosial itu tidak akan tumbuh mekar manakala tidak lahir dari jiwa altruis yang autentik sebagaimana ajaran kurban dan kemabruran haji dalam rangkaian ibadah Idul Adha.

Pasca Idul Adha, setiap Muslim perlu merayakan solidaritas sosial sebagai budaya dan praksis sosial untuk membela kaum lemah, mengadvokasi kaum kaya agar berbagi, dan membangun hubungan yang menebar serba kebajikan dengan sesama yang bersifat melintasi.

Budaya dan praksis solidaritas sosial juga disebarluaskan melalui harmonisasi sosial yang memupuk benih-benih toleransi, welas asih, damai, dan saling memajukan yang membawa pada kebajikan hidup kolektif yang luhur dan utama. Orientasi keagamaan yang indah ini jangan mekar sesaat di kala ritual, tetapi mewujud dan menyebar luas sepanjang masa dalam spirit keagamaan yang membawa rahmat bagi semesta raya!

HAEDAR NASHIR, KETUA UMUM PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH

Kisah Inspiratif Pengusaha Kuliner Solo

Sejenak Pagi...

Kisah nyata yang sangat inspiratif:

WAJIB DIBACA BAGI PARA PENGUSAHA KULINER dan NON PENGUSAHA

Bu AMIR penjual soto yosodipuran SOLO

Kisah ini disampaikan oleh Bu Das Salirawati, Dosen Hebat Univ. Negeri Yogyakarta

Dalam rangka perjalanan untuk pekerjaan ke Solo, suatu hari saya mampir makan di warung soto di Solo.

Habis bubaran salat jum'at saya mampir ke warung soto itu, karena sangat ramai dikunjungi pelanggannya. Saya pikir soto ini pasti enak karena pengunjungnya sampai ke teras warung...
Suasananya rada aneh, ketika saya lihat sekeliling meja, banyak sekali abang-abang becak yang makan di sana.

"Hemmm.. Pantesan rame, sotonya memang benar-benar enak!"

Ketika selesai makan dan mau membayar, Bu Amir pemilik warung soto itu melarang saya mengeluarkan uang.
"Tidak usah bayar Dik, terima kasih atas kunjungannya.".. ..
Dengan penuh rasa heran saya bertanya alasannya kenapa gak mau dibayar?

"Ini hari Jumat Dik, di sini tiap hari Jumat gratis!"
Masya Allah, terjawab sudah kenapa sebagian besar yang makan di warung ini tukang becak.

Setengah bingung saya mencoba mendekat ke tempat Bu Amir duduk.
"Ibu, apa gak rugi jual soto seharian gak dapat uang?", tanya saya setengah menyelidik.
"Dik, dari hari Sabtu sampai hari Kamis kan alhamdulillah kami dikasih rejeki,
dikasih untung sama Allah!!!

Kalau kami bersyukur dengan cara menggratiskan satu hari, untung kami masih sangat banyak untuk ukuran kami.

Kalau mau jujur seharusnya kami memberikan hak kepada Allah minimal 30% !
Coba adik pikir, siapa yang menggerakkan hati pelanggan-pelanggan kami untuk datang kemari ?

"Kalau kami harus membayar salesman, berapa uang yang harus kami bayar?"

"Semoga dengan 1/7 bagian ini Allah ridho. Sebagian besar dari hasil usaha ini kami gunakan untuk membiayai 4 anak kami. Mereka kuliah semua Dik. Satu di kedokteran UGM, satu di Teknik Sipil ITB, yang 2 lagi di UNS sini. Kalau bukan karena pertolongan Allah, mana bisa usaha kami yang sekecil ini membiayai kuliah 4 orang!"

Bu Amir menjelaskan panjang lebar.

Jelegeeer.... !!! Saya seperti disambar petir.
Warung soto sekecil ini bisa membiayai anaknya 4 kuliah di Universitas Negeri semua! Bahkan malah masih bisa memberi makan kepada tukang-tukang becak dan semua orang yang berkunjung ke warungnya setiap HARI JUMAT, GRATIS lagi !!!

Saya gak kehilangan akal, untuk membayar rasa kagum dan rasa bersalah makan soto gratis, saya masuk Mall.
Saya membeli dompet cantik buat hadiah Bu Amir.
Saya pikir, "Masa Bu Amir gak mau dikasih dompet secantik ini?"
Dalam waktu tidak sampai satu jam saya sudah kembali ke warungnya.

"Lho, kok balik lagi, ada yang ketinggalan Dik?", sapa Bu Amir heran.

"Mohon maaf Bu, ini hadiah dari saya tolong diterima. Anggap saja sebagai kenang-kenangan dari saya buat ibu yang telah memberi pelajaran hidup yang sangat berarti buat saya."

Dengan senyum tulus dan bicaranya halus Bu Amir menolak:
"Dik, terimakasih hadiahnya. Maaf, bukan ibu menolak. Ibu cukup pake dompet ini saja, kenang-kenangan dari suami ibu ketika beliau masih ada. Awet banget, tuh sampe sekarang masih bagus."

Bu Amir menepuk bahu saya.
"Bawa saja pulang dan hadiahkan buat ibumu. Percayalah, ibumu pasti senang dapat oleh-oleh dari Solo. Adik mampir di warung Ibu saja sudah merupakan sebuah kebahagiaan yang tidak ternilai. Ibu senang, benar-benar senang sudah bisa ngobrol sama adik."
Begitu kata Bu Amir sambil tersenyum.

Saya kehilangan akal dan hanya bisa pamit sambil menundukkan kepala....

CATATAN
Silakan coba sotonya di lokasi : Yosodipuro dekat museum Pers Solo

Jika beli soto di situ selain hari jum'at, kembaliannya jangan diterima. Ketika membayar dan diberi kembaliannya, katakanlah "nderek titip kagem sedekah Jumat bu".
Beliau akan berterima kasih & mendoakan kita nggak habis2nya.
Aamiin... aamiin... aamiin...
Beliau mendoakan kita & Allah ridho akan doanya.

Ibu tsb diparingi Gusti Allah SWT rejeki luar biasa krn rasa syukur & ikhlasnya

Sumber : Tasin TDc 

Semoga bermanfaat.....

Pikiran Positif Membuat Kita Lapang dalam Kehidupan

*"PIKIRAN POSITIF membuat kita lapang dalam kehidupan*

Ada yang mengatakan bahwa sesungguhnya _medan peperangan terbesar_ berada di *PIKIRAN* kita, karena *PIKIRAN* itu _sangat kuat & dapat MEMPENGARUHI kehidupan seseorang._

Ada pepatah mengatakan
_”Menabur dalam *PIKIRAN* akan menuai *TINDAKAN*,_
_menabur *TINDAKAN* akan menuai *KEBIASAAN*,_
_menabur *KEBIASAAN*  akan menuai *KARAKTER”*_

*PIKIRAN* kita seumpama tanah, tanah tidak pernah peduli terhadap jenis benih apa yang hendak kita tanam. 
Jika kita menabur benih jagung, tanah akan meresponsnya, lalu menumbuhkan jagung.

Apapun yang kita tanamkan dalam *PIKIRAN*, entah itu hal2 yang baik atau buruk, *PIKIRAN* kita akan segera _Menerima, Merespon & Menumbuhkannya._

Sadar atau tidak, sering kali kita memperkatakan hal2 buruk tentang diri kita sendiri, misalnya :
_- hidupku penuh masalah,_
_- aku tidak akan berhasil,_
_- sakitku tidak akan sembuh,_
_- keluargaku hancur berantakan,_
_- aku bodoh dan miskin,_
_- masa depanku suram, dsb._

Hal2 negatif yang kita ucapkan itu akan direspons oleh *PIKIRAN* kita dalam bentuk _sikap & tindakan_, yg pada gilirannya akan menghasilkan sesuatu yg sama seperti yang kita tanamkan dalam *PIKIRAN* kita.

Oleh sebab itu, *TANAMKAN* hal yang *POSITIF* di benak kita, maka kita akan menjadi luar biasa. Dan pelihara pikiran yg *BAIK & BENAR.*

Mari BIASAKAN untuk selalu berpikir :

- Saya sangat beruntung.  
- Hidupku penuh berkah.  
- Saya sangat bahagia. 
- Keluargaku sangat bahagia. 

- Saya *PASTI* mampu mengatasi masalah ini!

- Masa depanku *PASTI* cerah atas karunia Allah

- Hari ini saya *PASTI* penuh semangat!

- Saya sangat bersyukur pada Alloh atas apa yang saya miliki saat ini.

- Saya akan berjuang dengan ikhtiar terbaik saya
- Alloh *PASTI* buka jalan!
- Alloh *PASTI* menolong ! 
- Alloh *PASTI* sembuhkan !

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Alloh Ta’ala berfirman,
*“Aku sesuai dengan persangkaan hamba pada-Ku”*
(Muttafaqun ‘alaih). 

Robbana Taqobbal Minna.
Ya Alloh terimalah amalan kami...

Aamiin Ya Rabb.