Jenggot dalam Islam adalah ibadah. Sama halnya seperti ibadah lainnya. Harusnya kebebasan memelihara jenggot bukan perkara besar di negara ini.
Hak tersebut harus diberikan kepada siapa saja yg ingin mengamalkannya. Tidak berbeda dengan ibadah-ibadah yg lain. Memelihara jenggot merupakan Hak Asasi Manusia, dalam hal kebebasan beragama sesuai syariat.
Namun sayang, fenomena jenggot panjang terdeskripsi sebagai hal yg berunsur negatif. Saat melihat seorang muslim 'berjenggot' dan mengenakan celana 'cingkrang', kemudian tiap hari pergi ke masjid, ada label 'teroris' yg dieratkan. Seolah-olah berjenggot menjadi ciri sesat, wajib disingkirkan, dan membawa malapetaka bagi lingkungan.
Bila melihat sisi berbeda ketika seorang lelaki menggunakan anting, atau menggimbal rambutnya, bahkan seluruh tubuhnya dipenuhi tato, kemudian berpakaian sobek, hingga tidak jarang terlihat aurat. Penampilan itu secara kasat mata terlihat seperti preman. Tapi tetap saja ada 'selintingan' kecil berunsur pembelaan. Orang-orang sibuk mengatakan 'jangan menuduh atau berburuk sangka sebab itu jiwa seni, dan siapa tahu hatinya seperti malaikat'.
Mungkin, itu menjadi sebab dari mata yg terlampau sering melihat banyak hal berbau maksiat. Kebiasaan yg membuat mata tak lagi cermat melihat sebuah hak dalam agama. Akibatnya, ibadah justru asing dipandang mata. Padahal memelihara jenggot merupakan perintah agama. Memelihara dan membiarkan jenggot tumbuh merupakan syari’at Islam dan ajaran Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebagaimana dijelaskan dalam beberapa hadits dibawah ini :
Hadits pertama, dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
خَالِفُوا الْمُشْرِكِينَ أَحْفُوا الشَّوَارِبَ وَأَوْفُوا اللِّحَى
“Selisilah orang-orang musyrik. Potong pendeklah kumis dan biarkanlah jenggot.” (HR. Muslim no. 625);
Hadits kedua, dari Abu Huroiroh radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
جُزُّوا الشَّوَارِبَ وَأَرْخُوا اللِّحَى خَالِفُوا الْمَجُوسَ
“Pendekkanlah kumis dan biarkanlah (perihalah) jenggot dan selisilah Majusi.” (HR. Muslim no. 626);
Hadits ketiga, dari Ibnu Umar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
خَالِفُوا الْمُشْرِكِينَ ، وَفِّرُوا اللِّحَى ، وَأَحْفُوا الشَّوَارِبَ
“Selisilah orang-orang musyrik. Biarkanlah jenggot dan pendekkanlah kumis.” (HR. Bukhari no. 5892);
Hadits keempat, dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
انْهَكُوا الشَّوَارِبَ ، وَأَعْفُوا اللِّحَى
“Cukur habislah kumis dan biarkanlah (peliharalah) jenggot.” (HR. Bukhari no. 5893).
=> Khusus untuk ana yg mengemban tugas sebagai anggota Polri, berjenggot pada dasarnya bukan menjadi penghalang dalam melaksanakan tugas. Jenggot bukan masalah besar dan tetap membuat ana bisa menjadi Polisi profesional. Jenggot ini adalah bentuk ketakwaan ana terhadap Alloh. Dengan berjenggot Insyaa Alloh ana tetap dapat menjalankan tugas untuk melindungi, mengayomi dan melayani masyarakat sebagai wujud bakti pada nusa dan bangsa.
Jika ada yg berpendapat aneh ketika melihat polisi berjenggot, mungkin karena belum terbiasa saja. Namun Aneh...? Aneh dari sudut pandang mana ? Bukankan Rosululloh manusia terbaik dan paling mulia saja berjenggot. Bahkan para sahabat-sahabat beliau juga berjenggot, ulama juga demikian, dan para pahlwan Nasional kita berjenggot.
Jika larangan berjenggot disebabkan karena dalam tubuh Polri bukan muslim semua dan harus mengedepankan toleransi, rasanya sangat tidak masuk akal. Berjenggot bukan mempertanyakan toleransi antar agama, tapi bentuk ibadah. Sama seperti hijab bagi para Polwan. Jenggot dan hijab adalah bentuk ketakwaan, tidak ada kaitannya dengan toleransi. Apa karena jenggot dan hijab lantas tidak mencerminkan profesi seorang Polisi?
Rasanya yang terpenting adalah menunjukkan kinerja. Tidak lupa pula menjaga akhlak, komunikasi, saling menghormati, dan menolong sesama. Poin-poin tersebut lebih pantas dikedepankan daripada sibuk berpikiran negatif terhadap seorang muslim yg memelihara jenggot.
Ana berjenggot bukan ingin dikatakan UstadAbu Aliif Harits:
z. Berjenggot hampir sama dengan sholat, zakat, puasa yg bukan hanya diperintahkan untuk seorang ustadz. Ini hanya salah satu cara ana dalam melaksanakan ketaatan kepada Alloh. Bagi ana, jenggot ini perkara ibadah, yg mau melaksanakan silahkan, yg tidak ya... terserah pribadi masing-masing. Sebab, setiap perbuatan memiliki konsekuensi. Untuk jenggot ana pimpinan serta masyarakat memiliki penilaian tersendiri dalam hal ini.
Selamat bekerja...
Semoga Alloh mengampuni kita....
Ditulis di Bumi Alloh pada hari Sabtu, 21 Sya'ban 1437 H / 28 Mei 2016
Oleh : Hamba Alloh yg berlumur dosa dan mengharapkan ampunan-Nya.
-Abu Aliif Harits-
No comments:
Post a Comment